SOSIOLOGI INDUSTRI
PRINSIP-PRINSIP DASAR SOSIOLOGI INDUSTRI
Fokus dan Cakupan Sosiologi Industri
Sosiologi memusatkan perhatian kepada tindakan-tindakan
manusia yang terbingkai dalam sejumlah aturan-aturan yang dibangun oleh
sekumpulan manusia itu sendiri. Tindakan manusia juga terbingkai di dalam
struktur sosial. Namun, sosiologi juga memperhatikan aspek dinamis dari
tindakan. Individu mempunyai kemungkinan untuk mengelola tindakannya. Perspektif
ini membuat sosiologi bersifat ganda. Meskipun begitu, di antara keduanya
terdapat keterkaitan yang sangat erat.
Perkembangan sosiologi tidak dapat dilepaskan dari pemikiran
para tokoh sosiologi klasik yang memberi sumbangan berharga melalui pengamatan
mereka terhadap perubahan-perubahan besar di masyarakat Untuk memperdalam
pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! Agar Anda
lebih memahami materi Kegiatan Belajar 1, coba Anda jelaskan kembali materi
Kegiatan Belajar 1 dengan bahasa Anda sendiri. Anda juga harus menjelaskan konsepkonsep
penting dalam materi 1 khususnya di Eropa. Revolusi industri dan berbagai revolusi
sosial politik lainnya di negara Eropa menghasilkan beragam cara pandang di
antara para sosiolog klasik mengenai perkembangan kapitalisme, rasionalisme, serta
perubahan struktur sosial. Perubahan-perubahan yang terjadi baik di tingkat
masyarakat maupun khususnya di dalam organisasi kerja memberi sumbangan yang
berarti bagi pengembangan sosiologi industri.
Teori-teori dalam Sosiologi Industri
Sosiologi industri mempunyai cakupan teori yang sangat luas.
Ada tiga penyebabluas cakupan tersebut. Pertama, cakupan substansi yang dibahas
di dalam sosiologi industri cukup luas. Kedua adanya perbedaan tingkat analisis
yang menghasilkan keragaman berbagai teori. Ketiga adalah karena teori-teori
yang digunakan di dalam sosiologi industri memiliki keragaman berdasarkan asal
pemikirannya.
Luasnya cakupan seluruh teori yang digunakan di dalam
analisis-analisis sosiologi industri itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori
pendekatan. Pertama, pendekatan non-sosiologis. Kedua, pendekatan sosiologis.
Ketiga, pendekatan hubungan industrial.
Pendekatan non-sosiologis di pelopori oleh kehadiran
teori-teori yang mempunyai basis analisis psikologis. Pertama dan paling populer
adalah teori manajemen ilmiah atau Taylorisme. Kedua adalah
psikologi-manajerial. Sementara itu, teori-teori yang berbasis pendekatan
sosiologis dapat dilihat dari teori Durkheim yang berpengaruh terhadap kategori
teori hubungan antara manusia dari Elton Mayo, teori Dunlop.
SISTEM PRODUKSI
Sistem Produksi Primer, Gilda, dan Putting-Out
1. Sistem Produksi Primer
Sistem produksi primer banyak terdapat pada masyarakat
agraris, biasanya terdiri dari suatu keluarga luas yang terdiri dari generasi
pertama sampai generasi berikutnya. Kedudukan mereka dalam pekerjaan ditentukan
oleh pertalian darah. Pembagian kerja rendah, hanya berdasarkan jenis kelamin dan
usia. Hubungan mereka lebih bersifat sosial. Pekerjaan sistem produk ini sepenuhnya
tergantung kepada kebaikan alam. Seluruh hasil produksi untuk kepentingan
konsumsi, persediaan paceklik dan dibarter dengan kebutuhan yang tidak dapat
diproduksi sendiri. Sistem produksi ini lebih ditunjukkan bagi ketercukupan
sandang, pangan dan papan. Sistem ini sebagian tergantung pada pihak lain
karena tanah yang dikerjakan bukan miliknya sendiri atau pertimbangan keamanan.
2. Sistem Produksi Gilda
Gilda berukuran lebih kecil dari sistem produksi primer,
merupakan sarana pelarian bagi petani karena berbagai sebab. Pada prinsipnya
petani datang ke gilda harus diterima dan biasanya sudah berbekal keterampilan.
Gilda Selain itu, teori-teori Max Weber dan Karl marx, sedangkan teori-teori berpendekatan
hubungan industrial, terbagi ke dalam kelompok pemikiran unitaris, pluralis,
dan radikalis.
Gilda dipimpin oleh seorang master (tua) yang memiliki
keterampilan, modal, alat, dan cenderung mengembangkan Untuk memperdalam
pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!
alat-alatnya, walaupun belum mampu mengembangkan mesin. Master mengandalkan
hidup dari barang-barang sekunder sehingga master harus membuat barang yang berkualitas
dan standar, yang harus dijual sendiri ke pasar, karena itu sifat dasar gilda
menjadi lebih tinggi. Setiap jenis gilda membentuk asosiasi induk untuk
beberapa tujuan. Suasana dalam gilda masih bersifat kekeluargaan, bahkan
kadang-kadang terjadi perkawinan antara anak master dengan karyawan gilda.
Dalam perjalanan waktu, gilda menjadi lemah karena beberapa faktor, yaitu
terhambatnya monolitas vertikal karyawan penuh untuk menjadi master, kompetisi
tidak sehat di antara gilda itu sendiri, sejumlah pemilik gilda menjadi kaya
raya, beberapa gilda beralih menjadi pedagang, dan luasnya pasar di luar negeri
menjadikan gilda semakin bergantung pada pedagang ekspor.
3. Sistem Produksi Putting-out
Jumlah saudagar kaya dan kuat menjadi semakin besar.
Kekayaannya diperoleh dari perdagangan luar negeri, jarahan di negara koloni,
memonopoli perdagangan, dan menghancurkan gilda yang terdapat di negara koloni.
Sistem Produksi Pabrik
Sistem produksi pabrik muncul seiring dengan munculnya industrialisasi. Penemuan mesin-mesin berpresisi tinggi menghasilkan mutu, memudahkan pekerjaan manusia, tidak banyak membutuhkan banyak tenaga manusia dan meningkatkan jumlah produksi. Dengan kehadiran mesin, pekerjaan dipecah menjadi banyak
sehingga setiap orang tidak selalu memerlukan keterampilan khusus yang membutuhkan biaya mahal.
Ada beberapa keuntungan bila pekerjaan dibagi dalam banyak bagian, yaitu pekerjaan kecil dan sederhana dapat dikerjakan semua orang, produktivitas setiap pekerja menurut satuan pekerjaannya menjadi meningkat, dan produktivitas akhir setiap pekerja meningkat pesat.
Sistem produksi pabrik berbeda menyolok dengan sistem produksi primer, gilda, dan putting-out pada fakta bahwa seluruh modal, alat dan alat mesin hingga pemasaran sepenuhnya dikuasai oleh pedagang/ pengusaha sehingga pengusaha mempunyai posisi tawar yang sangat kuat. Oleh karena itu, dapat dimengerti bila orientasi pokok pengusaha hanya tertuju pada kapasitas paham bagaimana orang dapat terus memupuk dan meningkatkan investasinya. Hubungan antara karyawan dan pengusaha adalah formal. Untuk menekan ongkos produksi, pengusaha tidak segan-segan mempekerjakan wanita dan anak-anak.
PEKERJAAN
Hakikat Kerja
Keith Grint berusaha menjelaskan definisi kerja sebagai tindakan yang dapat menjamin keberlangsungan (survival) individu dan masyarakat. Karena itu, tindakan seperti menulis buku, bermain drama, mengajar dapat dipandang sebagai kerja meskipun tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap keberlangsungan
suatu masyarakat.
Tony J. Watson mendefinisikan kerja sebagai aktivitas-aktivitas yang dapat membantu manusia bertahan hidup (make a living) dalam suatu lingkungan masyarakat. Istilah bertahan hidup dalam definisi Watson bukan hanya menunjuk pada usaha untuk memproduksi barangbarang material, tetapi juga meliputi ketahanan fisik (physical survival) dan aspek budaya yang berhubungan dengan eksistensi manusia.
Aspek budaya dari kerja berhubungan dengan sikap atau konsepsi suatu masyarakat terhadap kerja. Sikap terhadap kerja sangat beragam antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Keragaman sikap ini merefleksikan nilai-nilai dan terkadang kepentingan suatu masyarakat yang mendukung budaya tersebut.
Pola kerja di era industrialisasi tidak bisa lagi didasarkan pada orientasi kerja melainkan pada ketentuan waktu. Waktu adalah uang, tidak bisa disia-siakan begitu saja, tetapi harus dimanfaatkan. Buruh tidak bisa lagi mengontrol pola kerja mereka, tetapi dipaksa untuk bekerja seharian di pabrik.
Kerja sangat berkaitan dengan ruang dan waktu. Definisi kerja sangat berhubungan dengan konteks masyarakat setempat. Ada kegiatan bagi sebagian masyarakat adalah kerja, tetapi bagi masyarakat lain bukan kerja. Karena itu, kerja memiliki dimensi sosial atau konstruksi sosial.
Definisi tentang kerja sering kali tidak hanya menyangkut apa yang dilakukan seseorang, tetapi juga menyangkut kondisi yang melatarbelakangi kerja tersebut, serta penilaian sosial yang diberikanterhadap kerja tersebut.
Dengan mempertimbangkan kritik terhadap beberapa dikotomi kerja maka kerja dapat didefinisikan sebagai segala hal yang dikerjakan oleh seorang individu baik untuk subsistensi; untuk dipertukarkan atau diperdagangkan; untuk menjaga kelangsungan keturunan dan kelangsungan hidup keluarga atau masyarakat.
Proses Kerja dan Keterasingan
Proses kerja adalah suatu sarana di mana bahan-bahan mentah (raw materials) diolah untuk menjadi produk oleh tenaga manusia dengan bantuan alat atau mesin. Seseorang bisa mengalami ketidakpuasan dalam bekerja atau bahkan mengalami situasi keterasingan (alienation). Situasi keterasingan merupakan perwujudan dari perasaan ketidakberdayaan, hampa, terisolasi secara sosial atau keterasingan diri (self-estrangement). Dalam situasi demikian, seseorang merasa tidak memiliki alasan untuk mencurahkan tenaga dan pikiran untuk pekerjaannya. Keterasingan atau alinenasi dianalisis oleh Blauner dengan cara mengkategorikannya ke dalam empat dimensi. Pertama, ketidakberdayaan (powerlessness), yakni tidak adanya kekuatan buruh untuk mengontrol hasil kerjanya. Kedua, kehampaan makna (meaninglessness), yaitu buruh tidak menemukan makna dari aktivitas kerjanya. Ketiga, isolasi (isolation), yaitu buruh tidak terintegrasi secara sosial ke dalam aktivitas kerja. Keempat, terasing dari diri sendiri (selfestrangement), yaitu buruh tidak menjadi bagian dari proses kerja.